BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kehamilan
merupakan proses pembuahan
(konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang
bayi. Kehamilan sebagai keadaan patologis dapat diikuti proses yang mengancam
keadaan ibu dan janin. Ante natal care
(ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu
dan janin secara berkala, yang diikuti dengan untuk koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan, sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih
dini (Mansjoer, 2005). Kurangnya cakupan ANC ibu hamil disebabkan keluarga tidak mengetahui perlunya pemeriksaan
kehamilan, mereka hanya mengandalkan cara-cara tradisional, kurangnya
pengetahuan, dan sikap ibu hamil tentang kunjungan ANC sehingga ibu hamil dan keluarga tidak mengerti
pentingnya keteraturan pemeriksaan kehamilan, sulitnya transportasi berdampak
terhadap pelayanan kesehatan ANC, dan sosial budaya yang tidak mendukung
pada pelayanan ANC (Prawirohardjo,
2005).
Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 Angka Kematian Ibu
di Indonesia sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup. Angka kematian ibu merupakan
barometer pelayanan kesehatan ibu disuatu negara. Di Jawa Timur Angka Kematian Bayi (AKB)
32,8 persen di tahun 2009, dan pada tahun 2014 angka kematian bayi ditarget
turun 26% (Profil Jawa Timur, 2005). Angka
kematian ibu (AKI/Angka Kematian Ibu) di Provinsi Jawa Timur pada 2009 tercatat
32,8% dari tiap 1000 kelahiran. Pencapaian cakupan K1 mencapai 79.58%, dan K4 tercapai 76.46%. Target
yang diharapkan adalah untuk K1 90%, dan K4 86% (Dinkes Jawa Timur, 2009). AKI di Jombang
tahun 2009 terdapat 18 kematian ibu bersalin 20346 jumlah lahir hidup, jumlah
AKB sebanyak 211 per 1000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Jombang,
2009). Jumlah ibu hamil di Kabupaten Jombang tahun 2009 sebanyak 23.876 orang,
dengan cakupan K1 sebesar 84.86% (20.155 ibu hamil), cakupan K4 sebanyak 75.41% (18.006 ibu hamil). Data
dari Puskesmas Peterongan Jombang jumlah ibu hamil tahun 2009 sebanyak 682 ibu
hamil, dengan cakupan K1 sebanyak 81.8% (558 ibu hamil), dan K4 sebesar 78.3%
(534 ibu hamil).
Pengawasan kehamilan (ANC) dilakukan untuk menurunkan
AKI dan AKB sebagai cerminan kemampuan setiap bangsa untuk memberikan pelayanan
dan pengayoman medis terhadap masyarakat (Manuaba, 2005:88). Ketidakmengertian ibu hamil tentang pemeriksaan
kehamilan pada trimester pertama menyebabkan tidak terdeteksinya komplikasi
kehamilan secara dini. Hal ini akan menyebabkan abortus, sekitar 20-30% ibu
hamil mengalami perdarahan atau kram minimal 1 kali selama 20 minggu pertama
kehamilan. Sekitar separuhnya menyebabkan keguguran dan 85% keguguran terjadi
pada trimester pertama, kehamilan ektopik,
mola hidatidosa, blighted ovum (Prawirohardjo, 2005).
Pemerintah berupaya menurunkan AKI dan AKB dengan menetapkan strategi dan kebijakan
berupa program kesehatan termasuk peningkatan antenatal care (ANC) kepada
ibu selama hamil. Pemerintah menetapkan standar pelayanan antenatal 7T
(mengukur tinggi badan dan berat badan, tinggi fundus uterus, imunisasi toxoid,
temu wicara, dan pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa
kehamilan (Depkes RI, 2006:1). Pengetahuan
merupakan salah satu aspek penting seseorang untuk melakukan tindakan (overt behavior), pengetahuan yang baik
akan terbentuk sikap positif dan keteraturan pelaksanaan antenatal care pada ibu ibu hamil, hal ini akan direfleksikan dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan (ANC) (Prawirohardjo, 2005). Studi pendahuluan bulan Nopember
2010 di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang pada 20
ibu hamil dengan wawancara, diketahui bahwa 5 ibu hamil berpengetahuan baik,
dan memiliki sikap yang positif mendukung terhadap pelaksanaan kunjungan ANC),
dan 6 ibu hamil berpengetahuan cukup bersikap positif, sedangkan 9 ibu hamil
berpengetahuan kurang dan bersikap negatif (menolak pelaksanaan kunjungan ANC).
Ibu hamil yang bersikap negatif disebabkan masih rendahnya pengetahuan dan
sikap ibu hamil melakukan kontak dengan tenaga kesehatan (ANC).
Berdasarkan latar
belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang antenatal care dengan keteraturan
pelaksanaan antenatal care pada ibu post partum di Polindes wilayah kerja
Puskesmas Peterongan.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang antenatal care dengan keteraturan pelaksanaan antenatal care pada ibu post partum di Polindes wilayah kerja
Puskesmas Peterongan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan
umum
Untuk menganalisa hubungan antara tingkat
pengetahuan dan sikap tentang antenatal care dengan keteraturan pelaksanaan antenatal care pada ibu post partum di Polindes wilayah kerja
Puskesmas Peterongan.
1.3.2
Tujuan
khusus
1
Mengidentifikasi
tingkat pengetahuan tentang antenatal
care ibu post partum di Polindes
wilayah kerja Puskesmas Peterongan
2
Mengidentifikasi
sikap tentang antenatal care ibu post partum di Polindes wilayah kerja
Puskesmas Peterongan
3
Mengidentifikasi
keteraturan pelaksanaan antenatal care pada ibu post partum di Polindes wilayah
kerja Puskesmas Peterongan
4
Menganalisis
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang antenatal care dengan
keteraturan pelaksanaan antenatal care pada ibu post partum di Polindes wilayah
kerja Puskesmas Peterongan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1.
Bagi
institusi pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah informasi dan
wacana tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang antenatal care dengan keteraturan
pelaksanaan antenatal care pada ibu post partum.
1.4.2.
Bagi
peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan latihan berpikir secara ilmiah dalam
memecahkan masalah yang ada di dalam masyarakat.
1.4.3.
Bagi
tempat penelitian
Sebagai bahan untk memberikan penyuluhan sehingga terbentuk perilaku ibu
hamil yang baru dalam melakukan keteraturan kunjungan ANC.
1.4.4.
Bagi
Peneliti Selanjutnya
Sebagai
referensi bagi peneliti yang akan meneliti lebih lanjut terkait dengan hubungan
antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang antenatal care dengan keteraturan pelaksanaan antenatal care pada ibu post
partum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1. Pengertian pengetahuan
Menurut Hidayat
(2002) pengetahuan pada dasarnya menunjuk pada sesuatu yang diketahui
berdasarkan stimulus yang diberikan, dengan adanya stimulus maka seseorang akan
mengetahui atau memiliki pengetahuan.
Menurut Sobur
(2005) pengetahuan adalah hasil upaya manusia dalam mencari kebenaran tentang
sesuatu, melalui suatu penelitian dengan berbagai persyaratan, yang disusun
secara sistematis, sehingga dapat dipelajari, disebarluaskan, dan dimanfaatkan
untuk kesejahteraan umat manusia.
Menurut
Notoatmodjo (2009) mendefinisikan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
2.1.2.
Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2009)
adalah sebagai berikut:
1.
Tahu (Know)
Tahu diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2.
Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
telah faham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan,
contoh, menyimpulkan meramal dan sebagainya, terhadap obyek yang dipelajari.
3.
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam kontek atau situasi lain.
4.
Analisis (Analisys)
Analisis adalah
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen.
Tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan
kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan sintesis adalah suatu kemampuan
untuk formulasi-formulasi yang ada.
6.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini
kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian-penilaian. Itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada.
2.1.3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Azwar, 2007) yaitu:
1.
Faktor internal
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian
khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu
pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
2)
Minat
Suatu fungsi jiwa untuk dapat
mencapai sesuatu, minat merupakan kekuatan dari dalam diri sendiri untuk
menambah pengetahuan.
3)
Intelegensi
Pengetahuan yang dipengaruhi
Intelegensia adalah pengetahuan intelegen dimana seseorang dapat bertindak
secara tepat, cepat,dan mudah dalam mengambil keputusan. Seseorang yang
mempunyai intelegensia yang rendah akan bertingkah laku lambat dalam
pengambilan keputusan.
2. Faktor
eksternal
1)
Media masa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media masa yang dapat pula mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
2)
Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan menambah
pengetahuan seseorang.
3)
Sosial budaya
Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan berevolusi
dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dari masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa
kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari
segi kesehatan yang dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari
suatu pendidikan.
4)
Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap
pengetahuan seseorang.
5)
Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan. Dengan pengetahuan bertambah seseorang
akan merubah perilakunya.
6)
Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambahan pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk
menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu motivasi yang
berpengaruh terhadap pengetahuan.
2.2. Konsep Dasar Sikap
2.2.1. Pengertian sikap
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2007).
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat)
seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2009).
Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang
disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek tersebut
(Purwanto, 2007).
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavourable)
pada objek tersebut (Sobur, 2005).
Dengan demikian sikap pada dasarnya meliputi rasa suka dan tidak suka, penilaian
serta reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang,
situasi, dan mungkin aspek-aspek dunia lain (ide abstrak dan kebijaksanaan
sosial) yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.
2.2.2. Ciri-ciri sikap
Ciri sikap menurut Purwanto (2007) yakni:
1.
Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan
dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan
objeknya, seperti kebutuhan akan pelayanan kesehatan pada tenaga medis.
2.
Sikap dapat berubah-ubah karena sikap itu dapat
dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat
keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang
itu.
3.
Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu dengan suatu objek.
4.
Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.
Sifat inilah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan
yang duniliki seseorang.
2.2.3. Struktur Sikap
Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling
menunjang (Azwar, 2007) yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective),
dan komponen konatif (conative).
1.
Komponen kognitif (cognitive)
Komponen kognitif merupakan
representasi apa yang dipercaya oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif
berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi
objek sikap. Sekali kepercayaan terbentuk maka Ia akan menjadi dasar
pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dan objek tertentu
(Azwar. 2007). Komponen kognitif mi dapat disamakan dengan pandangan (opini),
terutama apabila menyangkut isu atau masalah yang kontroversial (Sobur, 2005).
2.
Komponen afektif (affective)
Komponen afektif merupakan
perasaan yang menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu
objek sikap. Secara umum, komponen mi disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu (Azwar. 2007). Komponen perasaan menunjuk path
emosional terhadap objek. Objek dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai. Aspek emosional inilah
yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek
yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah
sikap seseorang (Sobur, 2005).
3.
Komponen konatif (conative)
Komponen konatif merupakan
aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Komponen ini menunjukkan bagaimana berperilaku atau kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya (Azwar. 2007). Komponen kecenderungan tindakan adalah kecenderungan-kecenderungan
tindakan seseorang, baik positif maupun negative, terhadap objek sikap. Sikap
positif membuat seseorang akan membantu atau menolong maupun menyokong objek.
Sikap negative berarti berusaha menghindari, menghancurkan, atau merugikan objek
(Sobur, 2005).
2.2.4. Tingkatan sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan antara lain (Notoatmodjo, 2003 ; 132)
1.
Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2.
Merspon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3.
Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengewrjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4.
Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap paling tinggi.
2.2.5. Interaksi Komponen Sikap
Interaksi antar ketiga komponen sikap adalah
selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapkan dengan suatu objek sikap
yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam.
Apabila salah satu diantara ketiga komponen itu tidak konsisten (inkonsistensi)
satu sama lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya
mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai
kembali (Sobur, 2005).
Konsistensi internal diantara komponen-komponen
sikap lebih terasa perlu dipertahankan pada sikap yang intensitasnya ekstrim,
seperti sikap yang sangat setuju (sangat positif) dan sikap yang sangat tidak
setuju (sangat negatif). Semakin ekstrim intensitas sikap seseorang maka
semakin terasa apabila ada semacam serangan terhadap salah satu komponen
sikapnya. Dan segi lain sikap ekstrim biasanya tidak mudah untuk diubah. Hal
ini menimbulkan bentuk perilaku kompensatif apabila terjadi ketidakseimbangan
komponen sikap. Perilaku kompensatif tersebut darpat berbentuk reaksi yang
berlebihan yang searah dengan sikap semula dan secara tidak sadar diperlihatkan
individu untuk mempertahankan ego (Azwar. 2007).
2.2.6. Pembentukan Sikap
Sikap setiap orang sama dalam pembentukannya,
tetapi berbeda dalam pembentukannya (Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1999).
Hal mi menyebabkan adanya perbedaan sikap seseorang atau individu dengan sikap
temannya, familinya, dan tetangganya (Sobur, 2005).
Sikap sosial terbentuk dan adanya interaksi sosial
yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung anti lebih daripada
sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota
kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi
di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik
yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota
masyarakat (Azwar. 2007).
Terbentuknya sikap seseorang pada dasarya
dilandasi norma- norma sebelumnya, sehingga dengan norma-norma tersebut beserta
pengalaman dimasa lalu akan membentuk suatu sikap, bahkan bertindak (Sobur, 2005).
1. Observasi
(terhadap kelompok dan kejadian) serta pengalaman partisipasi dengan kelompok
yang dihadapi.
2. Perbandingan
pengalaman yang mirip dengan respon atau reaksi yang diberikan, serta hasil dan
reaksi terhadap dirinya.
3. Pengalaman
yang sama melibatkan emosi, karena suatu kejadian yang telah menyerap
perasaannya sulit dilupakan sehingga reaksi akan merupakan reaksi berdasarkan
usaha menjauhi situasi yang diharapkan.
4. Mengadakan
perbandingan antara sesuatu yang dihadapinya dan pengalaman orang lain yang dianggap
lebih berpengalaman, lebih ahli, dan sebagainya.
2.2.7. Perubahan Sikap
Perubahan sikap path individu ada yang terjadi
dengan mudah, ada yang sukar. Hal mi bergantung pada kesiapan seseorang untuk
menerima atau menolak rangsangan yang datang padanya. Selain itu perubahan
sikap tidak hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada din seseorang juga
menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat dan kebudayaan. Terjadinya
perubahan sikap seiring dengan perkembangan ants informasi, hal tersebut dapat
menimbulkan nilai dan norma baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik,
kesehatan. Keterubahan suatu sikap tergantung pada karakteristik sistem sikap,
kepribadian individu dan afiliasi individu terhadap kelompok (Sobur, 2005).
1.
Karakteristik sikap meliputi:
1)
Sikap ekstrem (extremeness)
Sikap yang ekstrem sulit
berubah, baik dalam perubahan kongruen (perubahan yang searah, yakni
bertambahnya derajat kepositifan atau kenegatifan dan searah) maupun inkongruen
(perubahan sikap ke arah yang berlawanan, misal sikap yang semula negatif
menjadi positif atau sebaliknya. Kesimpulan hasil ekperimen menunjukkan
hal-hal sebagai berikut:
(1) Makin
ekstrem suatu sikap, makin sedikit terjadi perubahan.
(2) Sikap
yang ekstrem lebih sulit diubah secara inkongruen daripada secara kongruen.
2)
Multifleksitas (multiplexity)
Sikap yang karakteristik
multiflek mudah berubah secara kongruen, namun sulit berubah secara inkongruen.
Sebaliknya sikap yang simpel mudah berubah secara inkongruen, namun sulit
berubah secara kongruen.
3)
Konsistensi (consistency)
Sikap yang konsisten cenderung
menunjukkan sikap yang stabil, karena komponennya saling mendukung satu sama
lain. ini akan mudah diubah ke arah kongruen.
4)
Interconnectedness
Interconnectedness
adalah keterikatan suatu sikap dengan sikap lain dalam suatu kluster. Sikap
yang mempunyai kadar keterikatan tinggi sulit diubah ke arah inkongruen.
5)
Konsonan (consonance)
Sikap yang saling berderajat selaras akan lebih cenderung membentuk
suatu kluster. Kluster tersebut cenderung pula memiliki derajat saling
keterhubungan.
6)
Strength and
number of wants served by attitude
Dapat berubah tidaknya sikap
seseorang ditentukan oleh kekuatan dan ragam-ragamnya. Sikap yang memiliki kekuatan dan keanekaragaman
keinginan yang akan dipuaskan disebut sikap yang multiservice. Sikap multiservice
ini sangat dihargai dan diharapkan seseorang. Sikap yang demikian sukar berubah
pada jenis inkongruen, namun pada perubahan kongruen mudah berubah.
7)
Centrality of the
value to which the attitude is related
Sikap seseorang yang berakar
pada nilai yang dianutnya, meskipun ditukarkan alasan-alasan persuasif dan
didukung oleh kenyataan yang kuat tetap sulit untuk diubah, kecuali dengan cara
mengubah nilai.
2.
Perubahan sikap
Perubahan sikap seseorang
tidak saja ditentukan oleh karakteristik sistem sikapnya, tetapi juga oleh
keadaan kepribadiannya. Hubungan antara kepribadian seseorang dan perubahan
sikap merupakan sesuatu yang kompleks. Hal tersebut dapat dikaji relatif
sedikit melalui aspek-aspek kepribadian yang meliputi:
1)
Intelligence
Corak intelligence yang dimiliki seseorang menentukan derajat sikapnya.
Sebagai contoh, apabila seseorang cepat tanggap sikapnya terhathp berita baru
yang komplek misalnya tentang pemeliharaan kesehatan terhadap alat reproduksi
orang tersebut dapat dinyatakan lebih balk dalam menganalisis dan mengevaluasi
argumentasi berita-berita tersebut.
2)
General
persualibity
Kesiapan seseorang untuk
menerima pengaruh sosial tanpa memandang komunikatornya, topik, media, dan
keadaan komunikasinya, disebut dengan general atau unbound persualibility. Pada general atau unbound persualibility dijumpai pula
bermacam-macam bond persualibilty factors.
Bond persualibility factors adalah
kecenderungan yang ada pada seseorang terhadap pengaruh tertentu dan suatu
komunikasi, contohnya adalah topic bond
yaitu kesiapan untuk menolak atau menerima suatu argumentasi dalam toik
tertentu. Bentuk kedua, berkenaan mudah tidaknya dipengaruhi oleh komunikasi
yang jelas dan menarik, seperti ciri bahasanya.
3)
Self
defensiveness
Salah satu ciri kepribadian yang dimiliki seseorang
juga berpengaruh pada perubahan sikapnya, yaitu berpegang teguh secara ngotot
untuk menegakkan harga dirinya. Orang yang demikian sukar untuk membebaskan
diri dan ciri kepribadian yang dimilikinya (konservatif).\
4)
Cognitive needs
and styles
Kebutuhan dan gaya hidup kognitif seseorang turut menentukan perubahan
sikapnya. Seseorang yang memerlukan pemahaman yang jelas akan bereaksi terhadap
informasi baru yang bertentangan dengan sikapnya. Pemahaman yang jelas tidak
senang terhadap perubahan yang inkongruen karena situasi. Seseorang yang
cenderung dapat berubah sikapnya jenis yang kongruen, bilamana Ia bereaksi
terhadap ketertutupannya mencari kejelasan dan pemahaman terhadap inforniasi
yang menentang sikapnya.
3.
Afiliasi kelompok
Perubahan sikap bergantung
pada derajat dukungan kelompok terhadap individu. ini berkaitan dengan nilai
keanggotan individu dalam kelompoknya. Sikap yang merefleksikan norma kelompok
yang dinilai tinggi sulit untuk diubah. Terdapat kecenderungan yang konsisten
bagi suatu perubahan sikap terjadi berlawanan arah dengan penilaian
keanggotaan.
2.2.8. Fungsi Sikap
Fungsi sikap bagi manusia
dibagi menjadi empat macam (Azwar, 2007) yaitu:
1.
Fungsi instrumental, fungsi penyesuaian, atau
fungsi manfaat
Fungsi ini menyatakan bahwa
individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan
dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian, individu akan
membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan
keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan
merugikan dirinya. Dalam
pergaulan sosial, sikap yang sesuai akan memungkinkan seseorang untuk
memperoleh persetujuan sosial dan orang di sekitarnya. Pernyataan sikap tertentu
akan dihargai oleh orang-orang di sekitarnya. Pernyataan sikap tertentu akan
dihargai oleh orang-orang yang dianggap penting seperti orang tua, atasan,
teman akrab, dan lain-lain
2.
Fungsi pertahanan ego
Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan
dan dirasa akan mengancam egonya, atau sewaktu ia mengetahui fakta dan
kebenaran yang tidak mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya dapat berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindungi dan kepahitan kenyataan
tersebut. Sikap dalam hal ini, merefleksikan problem kepribadian yang tidak
terselesaikan.
3.
Fungsi pernyataan sikap
Nilai adalah konsep dasar
mengenai apa yang dipandang sebagai baik dan diinginkan. Nilai-nilai terminal
merupakan preferensi mengenai keadaan akhir tertentu seperti persamaan,
kemerdekaan, hak azazi, dan lain-lain. Nilai-nilai instrumental merupakan
preferensi atau pilihan mengenai berbagai perilaku dan sifat pribadi seperti
kejujuran, keberanian, atau kepatuhan akan aturan. Dengan fungsi ini seseorang
seringkali mengembangkan sikap tertentu untuk memperoleh kepuasan dalam
menyatakan nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep
dirinya. Sikap digunakan sebagai sarana ekspresi nilai sentral dalam dinlnya.
Fungsi inilah yang menyebabkan orang sering lupa diri sewaktu berada dalam
situasi masa seideologi atau sama nilai.
4.
Fungsi pengetahuan
Menurut fungsi ini manusia
mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk
mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula
tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata
kembali, atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai konsistensi. Jadi sikap
berfungsi sebagai suatu skema, yaitu suatu cara strukturisasi agar dunia di
sekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap digunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya.
2.2.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Sikap sosial terbentuk dan
adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam berinteraksi sosial,
individu beraksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek
psikologis yang dihadapinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
terdiri (Azwar, 2007):
1.
Pengalaman pribadi
Pengalaman yang terjadi secara
tiba-tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa
seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang-ulang dan terus menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap kedalam
individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
2.
Pengaruh orang lain
Dalam pembentukan sikap
pengaruh orang lain sangat berperan. Misal dalam kehidupan masyarakat yang
hidup dipedesaan, mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh
masyarakatnya.
3.
Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap. Dalam kehidupan
dimasyarakat, sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada di
daerahnya.
4.
Media masa
Media masa elektronik maupun
media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
seseorang. Dengan pemberian informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal
akan memberikan landasan kognitif barn bagi terbentuknya sikap.
5.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Dalam lembaga pendidikan dan
lembaga agama berpengaruh dalam pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individual.
6.
Faktor emosional
Sikap yang didasari oleh emosi
yang fungsinya hanya sebagai penyaluran frustasi, atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan sikap sementara, dan
segera berlalu setelah frustasinya hilang, namun dapat juga menjadi sikap yang
lebih persisten dan bertahan lama.
2.3. Konsep Dasar Kehamilan
2.3.1. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah masa
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo,
2009). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2005).
2.3.2. Kehamilan dalam triwulan
Kehamilan dalam triwulan
dibagi menjadi 3 bagian (Prawirohardjo, 2009) yaitu:
1.
Triwulan
pertama dimulai dari konsepsi 0-12 minggu.
2.
Triwulan kedua dari
bulan keempat sampai 13-28 minggu.
3.
Triwulan
ketiga dari bulan ketujuh sampai 29-40 minggu.
2.3.3. Tanda-tanda kehamilan
Tanda-tanda kehamilan (Manuaba, 2005) sebagai
berikut:
1.
Tanda-tanda
presumtif (tidak pasti)
1).
Amenore
(tidak dapat haid)
2).
Mual dan muntah
3).
Mengidam
4).
Pingsan
5).
Tidak ada selera makan
6).
Payudara membesar, tegang
7).
Sering kencing
8).
Konstipasi.
2.
Tanda-tanda kemungkinan
1). Perut
membesar
2). Uterus
membesar terjadi perubahan dalam bentuk, konsistensi dari rahim.
3). Tanda
Hegar pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena terjadinya oedema
dari cervix dan hiperplasia kelenjar-kelenjar cervix sehingga cervix menjadi
lunak.
4). Tanda
Chadwick yakni pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna
selaput lendirnya biru.
5). Tanda
Piscaseek yakni pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh
di daerah implantasi dan di daerah insersi plasenta.
6).
Tanda
Ballottement yakni teraba benjolan keras.
3.
Tanda pasti
(tanda positif)
1).
Gerakan
janin dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.
2).
Denyut
jantung janin: didengar dengan stetoskop-monoral laennec, alat Doppler, dicatat dengan feto-elektro
kardiogram, dilihat pada ultrasonografi, terlihat tulang-tulang
janin dalam foto-rontgen.
2.3.4.
Tanda - tanda bahaya kehamilan
1.
Muntah
terus menerus dan tidak bisa makan
2.
Perdarahan
dari jalan lahir
3.
Keluar
banyak cairan dari jalan lahir sebelum waktunya melahirkan.
4.
Tidak
ada gerakan bayi di dalam perut
5.
Tekanan
darah meningkat
2.3.5. Diagnosa Banding
Diagnose bandng pada kehamilan
(Prawirohardjo, 2009) sebagai berikut:
1.
Hamil palsu
2.
Kista ovari
3. Mioma
uteri
4. Kandung kemih penuh dan retensi urin
5. Hematometra
2.3.6. Perubahan Fisiologis
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat
menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen, dan progesteron
yang menyebabkan perubahan (Prawirohardjo, 2007) pada:
1.
Rahim atau Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30
gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat
100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi
menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin.
2.
Vagina (Liang Senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh
darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.
3.
Ovarium (Indung Telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang
mengandung korpus luteum gravidarum
akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
4.
Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.
Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
hormon saat kehamilan, yaitu estrogen,
progesteron, dan somatomammotropin.
5.
Sirkulasi darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya, meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim., terjadi hubungan
langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon estrogen dan progesteron
makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan
peredaran darah yaitu:
1).
Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
semacam pengenceran darah (hemodilusi),
dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah
bertambah sekitar 20%.
2).
Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam
rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume
darah sehingga terjadi hemodilusi
yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai
jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi
dan anemia fisiologis maka laju
endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal.
6.
Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan
O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim
yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan
bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.
7.
Sistem pencernaan
Karena pengaruh
estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan :
1). Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).
2).
Daerah lambung terasa panas.
3).
Mual dan sakit kepala terutama pagi hari (morning sickness).
4). Muntah, yang terjadi disebut emesis
gravidarum.
5). Muntah berlebih sehingga mengganggu
kehidupan sehari-hari (hiperemesis
gravidarum).
6). Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat
menyebabkan obstipasi.
8.
Perubahan pada kulit
Pada kulit
terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae,
linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan
hiperpigmentasi ini akan menghilang.
9.
Metabolisme
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :
1). Metabolisme basal naik sebesar 15%
sampai 20% dari semula, terutama pada trimester ketiga.
2). Keseimbangan asam basa mengalami
penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral
yang diperlukan janin.
3). Kebutuhan protein wanita hamil makin
tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan,
dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg
BB atau sebutir telur ayam sehari.
4). Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat,
lemak dan protein.
5). Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30 sampai
40 gram untuk pembentukan tulang janin, fosfor,
rata-rata 2 gram dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari,
dan air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.
6). Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5
sampai 16,5 kg selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½
kg/minggu.
2.3.7.
Perubahan Psikologis
Ibu hamil dalam masa kehamilannya menimbulkan
reaksi yang berbeda dalam menghadapinya, hal itu tergantung dari sifat masing –
masing individu yang berdasarkan pengalaman, pendidikan, dan tingkat kedewasaan
meskipun sebagian besar wanita dalam menghadapi kehamilan merasakan
ketakutan,kecemasan yang di sebabkan oleh banyak faktor terutama pada Ibu
primigravidarum.
Kehamilan bagi keluarga khususnya seorang wanita
merupakan peristiwa penting, meskipun demikian kehamilan juga merupakan saat –
saat krisis bagi ibu hamil maupun keluarga, kehamilan dapat menjadikan
peristiwa :
1. Krisis
Krisis merupakan akibat
ketidakseimbangan psikologis yang dapat di sebabkan oleh situasi atau oleh
tahap perkembangan.
2. Stressor
Setiap perubahan yang terjadi
pada diri seseorang dapat merupakan stressor.Kehamilan membawa perubahan yang
signifikan pada ibu hamil sehingga dapat di nyatakan sebagi stressor yang juga
mempengaruhi psikologis anggota keluarga yang lainnya.
3. Transakasi peran.
Terjadi perubahan interaksi
rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang baru sehingga terjadi
perubahan peran masing – masing anggota keluarga.
2.4. Konsep Dasar Pemeriksaan Kehamilan (Ante Natal
Care)
2.4.1.
Pengertian pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care)
Ante Natal Care (ANC) adalah merupakan cara penting untuk
memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya di anjurkan mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak dirinya merasa hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2009).
2.4.2.
Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Manjsoer (2005) tujuan pemeriksaan kehamilan adalah:
1.
Memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.
Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3.
Mengenali
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4.
Mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
5.
Mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6.
Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal.
2.4.3.
Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan
Pelayanan pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional
untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar antenatal
yang ditetapkan.
Pelayanan pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan ANC, selengkapnya mencakup
banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan,
pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai
dengan resiko yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar
minimal ”7T” untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan yang terdiri atas
(Prawirohardjo, 2007) sebagai berikut:
1.
Timbang
berat badan.
Ukuran berat badan dalam Kg
tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Berat badan kurang
dari 45 Kg pada trimester III dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah.
2.
Ukur
tekanan darah.
Untuk mengetahui setiap
kenaikan tekanan darah dalam kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala
preeklamsi lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
3.
Ukur
tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan abdominal secara
seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila
umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya
kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta merujuk tepat
waktu.
4.
Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) TT lengkap.
Untuk mencegah tetanus
neonatorum.
5.
Pemberian
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Untuk pencegahan kasus anemia pada kehamilan.
6.
Tes
terhadap penyakit menular seksual.
Melakukan pemantauan terhadap
adanya PMS agar perkembangan janin berjalan normal.
7.
Temu
wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Memberikan saran yang tepat
kepada ibu hamil, suami serta keluarganya tentang tanda-tanda resiko kehamilan.
2.4.4.
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
1.
Pemeriksaan
pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan
2.
Pemeriksaan
ulang satu kali sebulan sampai kehamilan tujuh bulan.
3.
Pemeriksaan
setiap dua kali sebulan sampai kehamilan sembilan bulan.
4.
Pemeriksaan
ulang setiap minggu sesudah kehamilan sembilan bulan
5.
Pemeriksaan
khusus bila ada keluhan-keluhan
Ibu hamil tersebut harus lebih
sering dikunjungi jika terdapat masalah. Dan ia hendaknya disarankan untuk menemui
petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa
khawatir.
Tabel 2.1
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
No
|
Usia Kehamilan
|
Minimal
|
Ideal
|
1
|
Trimester 1
|
1 kali
|
3 kali
|
2
|
Trimester 2
|
1 kali
|
3 kali
|
3
|
Trimester 3
|
2 kali
|
6 kali
|
2.5.
Keteraturan
Pelaksanaan ANC
2.5.1. Keteraturan Keteraturan Pelaksanaan ANC
Keteraturan pelaksanaan antenatal care ibu hamil dengan tenaga
kesehatan adalah kunjungan yang dilakukan untuk memeriksakan kehamilannya
(Depkes RI, 2007) sebagai berikut:
1.
Trimester I
kunjungan 1 kali
2.
Trimester II kunjungan 1 kali
3.
Trimester III kunjungan 2 kali
2.5.2. Pengukuran Pelaksanaan ANC
Pengukuran
keteraturan pelaksanaan antenatal
care ibu hamil pada tenaga kesehatan menggunakan
skala deskriptif, kepada penilai diberikan
titik awal dan titik akhir saja dari gejala kontinum dengan suatu angka
(Nazier, 2009). Keteraturan pelaksanaan antenatal care
ibu hamil pada tenaga kesehatan menurut Depkes RI (2007) sebagai berikut:
1. Kontak selama trimester I > 1
skor 1
2. Kontak selama trimester I = 0 skor 0
2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan pelaksanaan ANC
Pemeriksaan kehamilan dipengaruhi
berbagai faktor seperti pengetahuan, pendidikan, dukungan, usia dan paritas
(Sarwono, 2007).
1.
Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan
ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu
hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. Menurut Sobur
(2005) pengetahuan adalah hasil upaya manusia dalam mencari kebenaran tentang
sesuatu, melalui suatu penelitian dengan berbagai persyaratan, yang disusun
secara sistematis, sehingga dapat dipelajari,
disebarluaskan, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. Menurut
Notoatmodjo (2005) mendefinisikan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
2.
Sosial budaya
Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan
berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dari
masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa
tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan dimana hal ini
tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.
3.
Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, tingkat ekonomi
rendah keluarga rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan
kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah ibu
hamil kekurangan energi dan protein (KEK) hal ini disebabkan tidak mampunya
keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu
selama kehamilan.
4.
Lingkungan
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu
dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan
seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan
budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan
kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,
norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu
daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang
dianggap menyimpang. Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam
memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
5.
Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat
yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena
transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil (Depkes RI, 2007).
2.6. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Post Partum Tentang Antenatal
Care Dengan Keteraturan saat Antenatal Care.
Pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan sikap seeorang, dari
adanya pengetahuan maka seseorang akan dapat bersikap. Pengetahuan yang baik
berperan pada sikap dan perilaku seseorang, menurut HL Blum mengemukakan bahwa
perilaku kesehatan didasari oleh adanya faktr pengetahuan dan sikap
(Notoatmodjo, 2005).
Dalam aspek pembentukan sikap terdapat salah satu
komponen sikap yaitu komponen kognitif. Komponen kognitif merupakan
representasi apa yang di percaya oleh pemilik sikap. Sekali kepercayaan
terbentuk maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang di
harapkan dari objek tertentu.
Dalam sikap yang didasari oleh adanya pengetahuan yang dimiliki, dan
selanjutnya akan bersinergi dengan perilaku yang akan dilakukan sesuai dengan
pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. (Azwar, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar